
![]() |
Ilustrasi penerus bangsa dok : istimewa |
MEDIAPOS, Polemik dunia pendidikan kembali mencuat di Karawang. Sekolah-sekolah menengah pertama di daerah ini dilaporkan tetap melaksanakan kegiatan studi tour meskipun sudah ada himbauan dari Bupati dan Dinas Pendidikan (Disdik) setempat untuk tidak melaksanakan kegiatan tersebut keluar kota. Salah satu warga Karawang yang enggan disebutkan namanya mengeluhkan bahwa adiknya yang bersekolah di salah satu SMP di Karawang tetap diminta untuk membayar biaya studi tour sebesar satu juta rupiah, meskipun ia tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut menurutnya tetap harus bayar.
"Saya terpaksa mencari pinjaman demi adik tercinta. Jika tidak ikut, tetap harus bayar. Ini sangat memberatkan kami," ujarnya dengan nada kesal.
Keputusan sekolah-sekolah ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, mengingat sudah banyak kecelakaan bus yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Ironisnya, meskipun sudah ada himbauan yang jelas dari Bupati dan Disdik Karawang, pelaksanaan studi tour tetap berjalan tanpa ada larangan tegas. Hal ini menunjukkan kurangnya disiplin dari pihak sekolah dalam mengikuti arahan dari otoritas yang lebih tinggi.
Himbauan Bupati dan Disdik Karawang sebelumnya dikeluarkan dengan tujuan untuk melindungi keselamatan siswa. Namun, tampaknya himbauan tersebut tidak diindahkan.
"Ini bukan soal siapa yang harus disalahkan, tetapi soal kedisiplinan. Jika dari atas saja tidak digubris, bagaimana siswa-siswanya bisa disiplin?" ujar Rusli (Samaran) seorang orang tua yang juga tidak ingin disebutkan namanya (24/05/2024).
Fenomena pungutan liar (pungli) dalam dunia pendidikan menambah rumit situasi ini. Pungli telah menjadi masalah kronis yang menghantui orang tua siswa di berbagai daerah, termasuk Karawang. Banyak orang tua harus mengeluarkan biaya tambahan yang tidak resmi, yang sangat memberatkan terutama bagi mereka yang kurang mampu. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip bahwa pendidikan yang berkualitas adalah hak setiap warga negara tanpa memandang status ekonomi.
Kondisi ini mencerminkan adanya degradasi moral dan tata krama yang mengkhawatirkan di kalangan pelajar. Dulu, murid sangat menghormati guru sebagai sosok yang berwibawa, namun kini banyak yang bersikap acuh tak acuh. Pendidikan karakter yang seharusnya menjadi inti dari proses pembelajaran nampaknya mulai terpinggirkan oleh orientasi pragmatis semata.
Sebagai masyarakat yang peduli terhadap masa depan bangsa, "kita merindukan sistem pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek akademis tetapi juga pada pembentukan karakter" harap Rusli.
Kita berharap agar nilai-nilai luhur seperti tata krama, sopan santun, dan penghormatan terhadap guru dapat kembali menjadi prinsip utama dalam pendidikan kita.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang sangat berharga bagi masa depan bangsa. Tantangan yang dihadapi saat ini memerlukan perhatian dan tindakan nyata dari semua pihak, termasuk pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat luas.
Mari kita bersama-sama berjuang untuk mengembalikan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik, di mana setiap anak dapat belajar dalam lingkungan yang aman, berkarakter, dan bebas dari segala bentuk pungli. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa generasi penerus bangsa ini tumbuh menjadi individu yang berkualitas dan berkontribusi positif bagi kemajuan Indonesia.
Penulis : Rakyat Jelata